Senin, 13 Februari 2012

LDR Part.2

… lalu ia memelukku dengan erat sambil mengenakan pakaian dress merah itu, tak luput dari pandangan seorang satpam yang sedang berjaga-jaga didaerah bandara itu. Celvin segera mengganti pakaiannya dan segera pergi kerumahnya dengan menggunakan mercy pemberian dari sang ayah, aku duduk disampingnya lalu ia mengerutkan dahi dan berkata halus kepadaku “kau terlihat begitu lelah, Jenny kan kuantar kau pulang ya?” lalau aku mengangguk menandakan jawaban “ya”.
            Pagi ini, aku berangkat kerja dengan semangat, karena akan ada seseorang yang berjanji ingin mengantarku ke tempat kerja. Dengan rapi aku menyisir rambutku lalu aku segera berangkat dengan mercy yang di kemudikan oleh sang pangeranku, tentu saja Celvin.
            Namun, ditengah kebahagiaanku Celvin memberiku kabar bahwa akan ada pelajaran tambahan di universitasnya, dan ia memutuskan untuk kembali kesana disaaat aku bekerja, tak sempat bepamitan denganku, ia terbang dengan wajah yang masih menyimpan rasa rindu padaku. Aku pun begitu, untuk menghilangkan rasa rinduku padanya aku selalu mengingat perjanjian yang pernah kami buat dikala masa-masa SMA, disaat kami kerinduan, Mengupillah.
            Malam ini aku gelisah,Celvin tidak mengabariku. Keluarganya pun turut membantu menyiksa keadaaanku ini. Sudah satu minggu Celvin tidak bisa dihubungi, sepertinya ia memiliki nomor baru, atau mungkin pacar baru? Ahh untuk apa aku berburuk sangka, sesungguhnya berburuk sangka adalah kebohonga yang paling besar.
            Hari ini hari Minggu, dimana waktunya aku untuk bersantai dan bersenda-gurau dengan keluarga besarku, namun Minggu ini tak seindah minggu-minggu belakangan, yap benar sekali, Celvin tak lagi disisiku. Terdengar seseorang mengetuk pintu dengan ketukan yang tidak berirama, aku kira itu adalah Celvin yang datang secara buru-buru untuk menemuiku.
Namun.. ternyata bukan Celvin yang berada dibalik pintu reyot itu, melainkan seorang tukang pos yang sedang menggenggam sepucuk surat, lalu kubuka perlahan isi surat itu.
            “Jenny.. maafkan aku, ini bukan salahku dan bukan salahmu, kedua orangtuaku tidak merestui hubungan kita, sungguh berat hati aku mengucapkannya, tapi terimalah kenyataan ini, aku dijodohkan dengan seorang gadis yang sebelumnya belum pernah aku kenal, dia kawan ayahku, dan kami akan segera melakukan pertunangan yang akan kami selenggarakan di Australia, jika kau tidak keberatan.. kau datang kesini, temui aku untuk yang terakhirkalinya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar