… lalu ia memelukku dengan erat sambil mengenakan pakaian
dress merah itu, tak luput dari pandangan seorang satpam yang sedang
berjaga-jaga didaerah bandara itu. Celvin segera mengganti pakaiannya dan
segera pergi kerumahnya dengan menggunakan mercy pemberian dari sang ayah, aku
duduk disampingnya lalu ia mengerutkan dahi dan berkata halus kepadaku “kau
terlihat begitu lelah, Jenny kan kuantar kau pulang ya?” lalau aku mengangguk
menandakan jawaban “ya”.
Pagi ini,
aku berangkat kerja dengan semangat, karena akan ada seseorang yang berjanji
ingin mengantarku ke tempat kerja. Dengan rapi aku menyisir rambutku lalu aku
segera berangkat dengan mercy yang di kemudikan oleh sang pangeranku, tentu
saja Celvin.
Namun,
ditengah kebahagiaanku Celvin memberiku kabar bahwa akan ada pelajaran tambahan
di universitasnya, dan ia memutuskan untuk kembali kesana disaaat aku bekerja,
tak sempat bepamitan denganku, ia terbang dengan wajah yang masih menyimpan
rasa rindu padaku. Aku pun begitu, untuk menghilangkan rasa rinduku padanya aku
selalu mengingat perjanjian yang pernah kami buat dikala masa-masa SMA, disaat
kami kerinduan, Mengupillah.
Malam ini
aku gelisah,Celvin tidak mengabariku. Keluarganya pun turut membantu menyiksa
keadaaanku ini. Sudah satu minggu Celvin tidak bisa dihubungi, sepertinya ia
memiliki nomor baru, atau mungkin pacar baru? Ahh untuk apa aku berburuk
sangka, sesungguhnya berburuk sangka adalah kebohonga yang paling besar.
Hari ini
hari Minggu, dimana waktunya aku untuk bersantai dan bersenda-gurau dengan
keluarga besarku, namun Minggu ini tak seindah minggu-minggu belakangan, yap
benar sekali, Celvin tak lagi disisiku. Terdengar seseorang mengetuk pintu
dengan ketukan yang tidak berirama, aku kira itu adalah Celvin yang datang
secara buru-buru untuk menemuiku.
Namun.. ternyata bukan Celvin yang berada dibalik pintu reyot
itu, melainkan seorang tukang pos yang sedang menggenggam sepucuk surat, lalu
kubuka perlahan isi surat itu.
“Jenny.. maafkan aku, ini bukan salahku dan
bukan salahmu, kedua orangtuaku tidak merestui hubungan kita, sungguh berat
hati aku mengucapkannya, tapi terimalah kenyataan ini, aku dijodohkan dengan
seorang gadis yang sebelumnya belum pernah aku kenal, dia kawan ayahku, dan
kami akan segera melakukan pertunangan yang akan kami selenggarakan di
Australia, jika kau tidak keberatan.. kau datang kesini, temui aku untuk yang
terakhirkalinya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar